Cari Blog Ini

Senin, 30 Maret 2009

Sertifikasi untuk Pengawas

Kabar baik bagi pengawas sekolah. Kalau kemaren pengawas "agak cemburu" dengan guru, maka pada tahun 2009 ini direncanakan pengawas juga dapat mengikuti sertifikasi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru diisyaratkan bahwa pengawas sekolah pada dasarnya adalah guru yang diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan dan kepadanya disyaratkan memperoleh sertifikat pendidik. Karena status formalnya sebagai guru, maka sertifikasi bagi pengawas sekolah dilakukan dengan mengacu pada payung hukum ini. Berikut saya kutipkan dari tulisan Akhmad Sudrajat dalam blog nya.

Salah satu cara untuk memperoleh sertifikat pendidik bagi para pengawas sekolah dalam jabatan yaitu melalui penilaian portofolio. Yadi Rochyadi (2009) selaku Ketua APSI Jawa Barat dalam satu kesempatan pelatihan mengemukakan tentang “Sertifikasi Guru bagi Pengawas Sekolah dalam Jabatan”. Dikemukakannya, bahwa penilaian portofolio bagi Pengawas Sekolah mencakup 10 komponen, yaitu: (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman sebagai guru atau kepala sekolah; (4) penyusunan program dan laporan hasil pengawasan pada sekolah binaan; (5) penilaian dari kepala dinas pendidikandan koordinator pengawas sekolah; (6) prestasi akademik (pengawas sekolah); (7) karya pengembangan profesi (pengawas sekolah); (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Jumat, 27 Maret 2009

SEMINAR REGIONAL dengan Jumlah peserta terbesar


Sunarto Fasilitator yang menarik
Dalam berbagai kunjungan daerah untuk mengisi seminar barang kali di kudus merupakan pengalaman spesial yang kami dapatkan. Pasalnya kali ini peserta seminar seperti halnya pengajian akbar dengan jumlah sekitar 1.200 orang. Para peserta terdiri dari para guru TK, SD, SMP dan SMA/MA di Kabupaten Kudus dan sekitarnya seperti Jepara dan Demak.

Kudus, 26 Maret 2009

Antusiasme peserta seminar sempat membuat khawatir Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus Drs Jatmiko, M.Pd. Pasalnya apakah antusiasme mereka mengikuti seminar adalah gara-gara sertifikasi guru, Jadi mereka datang hanya mencari piagam saja. Ataukah mereka datang ingin mencari pengetahuan baru yang selama ini belum pernah mereka terima. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus mengakui dari banyak seminar yang di laksanakan di daerahnya seminar kali ini mempunyai materi yang berbeda dan sangat di butuhkan oleh para guru pada era saat ini.

Seminar yang membahas tentang pemanfaatan ICT dalam pembelajaran mengupas berbagai permasalahan sekitar pemanfaatan ICT yang ada disekolah yang selama ini hanya digunakan sebagai alat untuk mengerjakan administrasi guru.

Rabu, 25 Maret 2009

Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Permendiknas No 10 Tahun 2009)

PERMENDIKNAS Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan, yang didalamnya mengatur proses sertifikasi guru dan pengawas sekolah dalam jabatan, baik yang dilaksanakan melalui uji kompetensi maupun pemberian sertifikat langsung.

Dengan demikian, maka PERMENDIKNAS No. 17 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan yang kemudian diperbarui dengan PERMENDIKNAS No. 11 Tahun 2008 dinyatakan tidak berlaku. Perbedaan dalam PERMENDIKNAS No 10 Tahun 2009 ini adalah diaturnya sertifikasi bagi pengawas


Anda ingin mengetahui lebih lengkap isinya? Silahkan klik di bawah ini!


PERMENDIKNAS Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Selasa, 24 Maret 2009

Belajar komputer ber-3 lebih efektif

[caption id="attachment_606" align="aligncenter" width="300" caption="SEMINAR NASIONAL PAKEMATIK"]SEMINAR NASIONAL PAKEMATIK[/caption]

Temanggung, 15 Maret 2009

Mana yang lebih efektif  dalam belajar antara satu komputer untuk satu dengan satu kompoter untuk beberapa anak?  Hampir semua orang mengatakan bahwa yang paling efektif adalah belajar dengan satu komputer untuk satu anak. Benarkah demikian?

Berdasarkan penelitian ternyata jawaban di atas tidak benar. Mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan:

  1. Dengan satu anak memegang komputer ternyata guru sendiri kurang mampu memberikan pelayanan terhadap semua siswa yang sedang belajar pada hari itu.

  2. Ketika mendapati banyak masalah yang berbeda-beda pada masing-masing individu tidak dapat segera terlayani dengan baik. Anak harus menunggu giliran untuk mendapatkan solusi dari guru.

  3. Pembelajaran dengan satu komputer untuk satu anak, ternyata bagi anak merasakan lebih sulit. Hal tersebut dikarenakan tidak semua anak berani bertanya kepada gurunya ketika mendapatkan kesulitan. sementara anak yang belajar secara berkelompok dengan satu komputer ternyata lebih cepat bisa, dikarenakan mereka merasa lebih berani untuk bertanya setiap kali mendapatkan kesulitan sekecil apapun dan langsung terlayani dengan cepat oleh temannya sendiri.

  4. Siswa yang belajar secara kelompok merasa lebih berani trial and error dari pada belajar sendiri. Berani mencoba dan salah ternyata merupakan modal untuk lebih cepat bisa mengoperasikan komputer.


Hal tersebut terungkap pada SEMINAR NASIONAL ICT PAKEMATIK di Temanggung baru-baru ini.

Jumat, 20 Maret 2009

Pengertian Cooperative Learning

 Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak menarik perhatian kalangan pengajar. Berikut saya sajikan pengertian cooperative learning hasil dari terjemahan artikel cooperative learning dari http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm.

cooperative-learning11Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.


Semua anggota kelompok berusaha untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa:

Senin, 16 Maret 2009

LOWONGAN KERJA HARI INI

Anda seorang lulusan SMP, SMA, SMK, atau Sarjana dan pengen lihat LOWONGAN KERJA HARI INI, silahkan klik saja di SINI

Rabu, 11 Maret 2009

SEMINAR NASIONAL PAKEM ATIK (Pembelajaran dengan teknologi tidak otomatis PAKEM)

Banjarnegara, 8 Maret 2009

[caption id="attachment_560" align="alignleft" width="300" caption="SEMINAR NASIONAL PAKEMATIK"]SEMINAR NASIONAL PAKEMATIK[/caption]

Ketika dilaksanakan seminar Nasional PAKEMATIK di Banjarnegara, saya didaulat untuk menyajikan materi "Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran (konvensional vs PAKEM).

Pada kesempatan itu terungkap bahwa ternyata walaupun sekolah-sekolah sudah banyak yang memiliki teknologi khususnya komputer, namun hingga saat ini hampir 90% sekolah yang sudah memiliki komputer tersebut belum dapat menggunakannya dalam pembelajaran siswa. Komputer yang dimilikinya masih sebagai pengganti mesin ketik manual sebagai alat untuk menulis keperluan administrasi sekolah.

Senin, 09 Maret 2009

Pengertian Metode Ekspositori

     



Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.


Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

Pengertian Quantum Learning

Charlotte Shelton (1998 : 1) menjelaskan tentang pengertian Quantum. Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut :


“The word quantum literally means “a quantity of something”, mechanics refers to “the study of motion”. Quantum mechanic is, therefore, the study of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these subatomic particle as quantities of “something”. Subatomic particles are not material things, rather, they are probability tendencies-energy with potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed solely of energy”.


 


“Kata quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik berarti studi tentang gerakan”. Jadi mekanika kuantum adalah ilmu yang mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyaQuantum Learningta dunia materi ini tersusun energi”.


Bobbi DePorter dalam artikelnya yang berjudul The Impact of Quantum Learning (http://www.newhorizons.org) atau (http://learningforum.com) menjelaskan pengertian Quantum Learning (QL), sebagai berikut :

Jumat, 06 Maret 2009

Tips Mengatasi Peserta pelatihan yang pemalu dan diam

pemalu2Pada saat pelatihan kadang kita mendapati peserta yang sangat pemalu dan selalu diam atau tidak pernah mengemukakan pendapatnya. Hal ini sering kita jumpai terutama pada komunitas peserta yang relatif belum begitu mengenal kita. Hal serupa bisa juga terjadi kalau "pemanasan" yang kita lakukan belum begitu jadi. Pemanasan yang kita maksud di sini adalah menyiapkan mental peserta pelatihan pada saat awal pelatihan dimulai. Mungin pada saat perkenalan atau kontrak pelatihan belum bisa begitu akrab dengan fasilitator, sehingga akan menghambat pada saat harus sharing pendapat. Mereka masih malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya atau gagasannya.

Bagaimana cara mengatasinya? Anda bisa menggunakan beberapa alternatif solusi sebagai berikut:

  1. Berikan tugas untuk menuliskan pendapatnya secara tertulis, baru kemudian setelah selesai kepada yang bersangkutan dipersilahkan untuk membacakan pendapatnya setelah ditulis.

  2. Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan-ringan untuk membangun rasa percaya diri peserta yang pemalu tersebut.

  3. Ubah strategi pelatihan, misalnya dengan memberikan tugas individual.

  4. Berikan dukungan positif untuk setiap ide, gagasan, pendapat dan sebagainya.

  5. Tunjuklah ia sebagai juru bicara kelompok kecil.

  6. Buatlah nuansa yang akrab dan rasa kekeluargaan.

Tips Mengatasi Peserta pelatihan yang sering ngelantur dan menyimpang dari topik

ngelantur1Saat melaksanakan suatu pelatihan seorang fasilitator sering kali dihadapkan pada berbagai perilaku peserta yang beraneka ragam. Ada yang antusias mengikutinya, ada yang setengah-setengah atau ada yang apatis, bahkan ada pula yang sukanya menentang. Fasilitator/ trainer yang baik hendaknya bisa mengatasi berbagai kemungkinan yang muncul pada saat pelatihan. Berikut akan saya paparkan berbagai tips mengatasi peserta yang sulit untuk di ajak dalam suasanan kondusif pada waktu pelatihan dilaksanakan. Berbagai masalah yang sering muncul pada saat pelatihan antara lain:

Senin, 02 Maret 2009

Pembelajaran konvensional banyak dikritik, namun paling disukai

Pendekatan pembelajaran konvensional atau konservatif saat ini adalah pendekatan pembelajaran yang paling banyak dikritik. Namun pendekatan pembelajaran ini pula yang paling disukai oleh para guru. Terbukti dari observasi yang saya lakukan di sekolah-sekolah di Jawa Tengah, hampir 80% guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.

 


conventional approachSebagaimana dikatakan oleh Philip R. Wallace  tentang Pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.  


Menurut Philip R. Wallace (1992: 13) Pendekatan pembelajaran dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang konservatif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: