Cari Blog Ini

Kamis, 29 Juli 2010

Pusat Sumber Belajar Gugus menjadi kebutuhan Pendidikan Nasional

Ketika profesi guru terus dituntut untuk selalu meningkatkan kapasitanya, maka seorang guru harus selalu belajar dan selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dari waktu ke waktu. Berbagai upaya dari pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan guru terus dilakukan. Pertama kali para guru diwajibkan untuk meningkatan diri dengan menempuh strata akademik yang lebih tinggi dengan kuliah lagi. Berbagai pelatihan, workshop, penataran dan sebagainya  diberikan oleh LPMP maupun Dinas Pendidikan.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tersebut mungkin masih bersifat temporer. Upaya belajar guru mungkin hanya dilakukan pada saat menempuh kuliah atau pada saat pelatihan saja.

Jumat, 23 Juli 2010

Teknik tingkatkan minat baca siswa dengan "GRAB BAG"

Grab Bag adalah salah satu teknik meningkatkan baca siswa dengan perantara benda-benda yang ditaruh di dalam tas. Benda-benda itu adalah merupakan benda-benda yang ada dalam cerita di buku. Grab Bag berasal dari bahasa inggris yang berarti meraba isi tas.

Secara singkat dalam teknik ini adalah guru mengumpulkan benda-benda yang ada di dalam cerita sebuah buku, seperti: batu, batang padi, tanah liat dan sebagainya (menyesuaikan isi cerita dalam buku). Guru lalu menaruh benda-benda tersebut di dalam tas. Pada saat pelajaran dimulai, guru menunjukkan benda-benda itu satu persatu yang diambilnya dari dalam tas. Siswa diminta menebak isi cerita dalam buku berdasarkan benda-benda yang mereka lihat tersebut.

Teknik ini sangat menarik jika dilaksanakan dengan berbagai fariasi. Agar guru bisa menjalani teknik ini dengan baik, maka untuk latihan bisa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Guru menyiapkan Grab Bag sebanyak jumlah kelompok yang ada sebelum kegiatan akan dilakukan.

  2. Guru  merahasiakan judul buku. Buku yang dipakai sebaiknya adalah buku yang belum pernah dibaca oleh para peserta.

  3. Guru kemudian memberikan 1 Grab Bag kepada setiap kelompok.

  4. Guru meminta setiap kelompok untuk mengeluarkan isi Grab Bag dan meletakkannya di atas meja aga bisa dilihat bersama.

  5. Guru meminta setiap anggota kelompok untuk bekerja sama memprediksi jalan cerita dan menebak judulnya dengan melihat benda-benda dalam Grab Bag dalam waktu 20 menit.

  6. Guru diminta menuliskan prediksinya di buku catatan atau di selembar kertas.

  7. Guru kemudian meminta seorang siswa perwakilan dari masing-masing kelompok untuk maju kedepan membacakan prediksinya dan tebakan judul.

  8. Setelah semua kelompok membacakan prediksi cerita dan judul tebakannya, fasilitator memperlihatkan buku yang sebenarnya. Dan membacakan cerita dalam buku itu kepada semua peserta.

  9. Guru  memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk membuat Grab Bag dari buku-buku yang ada. Grab Bag yang dibuat akan keesokan harinya ditukar dengan kelompok lain untuk ditebak jalan ceritanya.

  10. siswa akan kembali mengisi catatan peminjaman buku untuk membawa buku-buku itu pulang.


Selamat mencoba

Kamis, 15 Juli 2010

Standar Kualifikasi Pengawas Sekolah yang di paksakan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah dan Madrasah sebenarnya merupakan batasan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pengawas sekolah/ madrasah. Dikatakan bahwa pendidikan minimum bagi seorang pengawas untuk TK dan SD minimal sudah berpendidikan sarjana (S1) atau diploma 4. Sedangkan untuk Pengawas SMP/ MTs dan SMA/MA serta SMK/ MAK minimal harus berpendidikan magister (S2). Itu yang formal, belum segudang kemampuan profesional yang melekat pada kapsitas masing-masing pengawas yang menyandangnya.

Segudang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas antara lain:

  1. Kompetensi kepribadian

  2. Kompetensi supervisi dan managerial

  3. kompetensi supervisi akademik

  4. Kompetensi evaluasi pendidikan

  5. kompetensi penelitian pengembangan, dan

  6. kompetensi sosial.


ke-6 kompetensi yang harus melekat pada seorang pengewas ini juga merupakan pekerjaan rumah yang teramat berat untuk bisa di wujudkan. Mengapa demikian?

Bukan rahasia lagi bahwa sistem rekruitmen pengawas sekolah masih didominasi oleh kepentingan-kepentingan yang lebih bersifat pragmatis. Bisa berupa kepentingan ekonomi, bisa juga karena lebih kepada kepentingan politis. Adapun kepentingan yang lebih bersifat profesional akademik selalu tersingkir oleh ke-2 kepentingan tadi. Oleh karena itu, penjabat pengawas sekolah lebih banyak diemban oleh mereka yang memiliki kesamaan dua kepentingan tersebut.