Cari Blog Ini

Minggu, 23 November 2008

Ice Breaking: (Tips 2 Menjadi Fasilitator Idola)

Menjadi fasilitator idola bukanlah hal yang sulit. Semua orang bisa untuk menjadi fasilitator yang hebat, tidak terbatas pada usia maupun tingkat pendidikan. Asalkan ada kemauan dan motivasi untuk menjadi seorang fasilitator, saya yakin semua orang dapat menyandang gelar sebagai fasilitator idola.

Ice Breaking
Pada tips 1 saya sudah menjelaskan bahwa untuk menjadi fasilitator yang baik, kita hanya perlu ingat “Penampilan IM3”. Tentang penampilan seorang fasilitator idola sudah kita bahas pada tips 1. Sekarang akan kita bahas tentang IM3 (Ice breaking, Materi, Metode dan Media). Karena keterbatasan halaman dalam blog ini, maka edisi kali ini kita terlebih dahulu fakus membahas tentang ICE BREAKING.
Mengapa fasilitator perlu menguasai ICE BREAKING ?
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat focus.
Dalam suatu pelatihan hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Seorang fasilitator harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta sudah tidak dapat konsentrasi lagi. Apa yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator ketika melihat gejala demikian? Berilah Ice breaking atau energizer.
Ada banyak macam energizer atau ice breaking yang dapat digunakan dalam pelatihan. Namun jika dilihat dari metodenya dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis.
Jenis yel-yel
Jenis tepuk tangan
Jenis menyanyi
Jenis gerak dan lagu
Jenis gerak anggota badan
Jenis games
Untuk mengenal lebih jauh tentang energizer atau ice breaking, kali ini akan saya berikan beberapa contoh singkat dari masing-masing jenis tersebut. Tapi kalau anda menghendaki tahu lebih banyak tentang ice breaking ataupun energizer bisa membaca buku saya yang berjudul ICE BREAKING DAN ENERGIZER YANG MENDIDIK. Berikut beberapa contoh singkat dari Ice breaking dan energizer tersebut:
Jenis yel-yel
Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat “penyembuh” yang paling baik dibanding jenis lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan semangat yang tinggi dari peserta pelatihan untuk melanjutkan pelatihan. Selain itu yel-yel juga terbukti efektif untuk menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan.
Banyak jenis yel yang bisa dilakukan dalam suatu pelatihan, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dari yel tersebut. Di sini akan saya jelaskan sebagai berikut:
Jika fasilitator ingin memusatkan perhatian kembali tanpa harus berteriak-teriak,” bapak-bapak dan ibu-ibu mohon ketenangannya karena materi berikut sangat penting!”. Kalau hal itu yang kita lakukan tentu sangatlah tidak efektif. Semakin keras kita berteriak semakin gaduh pula suasana ruang pelatihan. Semakin sering kita berteriak semakin tidak terhormat pula seorang fasilitator.
Bagaimana strateginya? Terlebih dahulu kita membuat kesepakatan-kesepakatan untuk melakukan yel-yel tertentu. Yel yang paling sering untuk tujuan ini adalah model-model sapa jawab.
Contoh:
Fasilitator menyapa
Peserta menjawab
Halo
Hai
Hai
Halo
Apakabar
Luar biasa
Selamat pagi
Siap-siap
Selamat siang
Kerja keras
Selamat sore
Terima gaji
Selamat malam
Enak tenan
Kita kembali ke…
Laptop
Are you ready?
Yes
Dsb
Yel-yel tersebut dapat diciptakan sendiri berdasarkan kesepakatan bersama dengan peserta pelatihan. Jika fasilitator memandang peserta gaduh karena berbicara sendiri maka dapat menggunakan salah satu sapa jawab di atas.
Yel juga sering digunakan untuk memompa semangat kerja tim dalam kerja kelompok. Yel-yel model ini biasanya sering digunakan untuk mengawali pekerjaan kelompok ataupun dalam mengakhiri kerja kelompok. Misalnya pada saat pelatihan peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dipersilahkan membuat yel-yel yang dapat memotivasi mereka untuk lebih semangat atau bahkan agar mempunyai daya kompetisi yang tinggi. Di sini yel-yel yang mereka ciptakan akan sangat berfariasi sebab jika ada 10 kelompok, maka akan terdapat 10 yel yang berbeda-beda.
Yel-yel yang muncul seperti:
Pring reketek, gunung gamping ambrol
Pasti Kelompok anggrek yang paling jempol
Kelompok mawar………
Oke-oke.. yes..
Dsb.
2. Jenis tepuk tangan
Tepuk tangan pada awalnya adalah merupakan salah satu ekspresi kegembiraan disamping tertawa. Biasanya kegembiraan yang diekspresikan dengan tepuk tangan adalah saat mendengar atau melihat diri kita atau orang lain yang memiliki hubungan dekat dengan kita mengalami suatu keberhasilan tertentu. Misalnya kita mendengar kabar kita dinyatakan lulus ujian, atau bisa juga anak kita sedang memenangi suatu perlombaan tertentu.
Ice breaking atau energizer jenis tepuk dapat dilakukan oleh siapa saja. Bagi peserta yang kurang suka menyanyi atau juga peserta yang kurang memiliki rasa percaya diri biasanya memilih model ini. Tepuk tangan juga sangat bagus dilakukan oleh siapa saja dengan tidak melihat usia. Dari anak kecil samapai orang tua tetap pantas melakukan jenis ini.
Untuk kepentingan energizer dalam pelatihan, tepuk tangan dapat dimodifikasi menjadi banyak sekali modelnya. Pada kesempatan ini saya akan memberikan beberapa model tepuk tangan, sebagai berikut:
TEPUK ANGGOTA BADAN
Jika kita pegang hidung, peserta tepuk 1 x
Jika kita pegang bibir, peserta tepuk 2 x
Jika kita pegang telinga, peserta tepuk 3 x
Jika kita bersedekap, peserta tepuk 4 x
(bisa dimodifikasi ataupun dibolak-balik ketentuannya)
TEPUK DIBALAS TEPUK
Jika kita tepuk 1x, peserta tepuk 4 x
Jika kita tepuk 2x, peserta tepuk 3 x
Jika kita tepuk 3x, peserta tepuk 2 x
Jika kita tepuk 4x, peserta tepuk 1 x
(bisa dimodifikasi ataupun dibolak-balik ketentuannya)
Dan masih banyak lagi.
3. Jenis menyanyi
Selama ini berdasarkan pengalaman, ice breaking jenis ini adalah yang paling banyak disukai oleh peserta pelatihan apalagi kalau pesertanya kebanyakan wanita. Untuk kepentingan ice breaking menyanyi tidaklah harus lagu-lagu original ciptaan sendiri, tetapi bisa juga kita hanya menyanyikan lagu-lagu yang sedang nge-trend tetapi dengan lirik yang diganti sesuai dengan tema pelatihan. Misalnya kita ajak peserta menyanyikan lagu “Munajat Cinta” pada pelatihan guru dengan lirik sebagai berikut:
Hari ini kami di sini
Memperhatikan materi penyaji
Seperti hari-hari
yang sudah-sudah
semuanya kami lakukan
untuk menambah keterampilan
seperti orang-orang
yang profesi-onal
Tuhan jadikanlah aku
Orang yang penuh dedikasi
Ntuk memajukan bangsaku
Indonesia tercinta
Tentu masih banyak sekali contoh lagu-lagu lain yang bisa digunakan untuk energizer. Bahkan tidak hanya lagu-lagu yang sedang trend, tetapi lagu anak-anak yang dulu pernah kita kenal juga bisa tetap menarik. Tentu dengan merubah lirik-liriknya.
4. Jenis gerak anggota badan
Energizer jenis ini biasanya digunakan dalam pelatihan jika dilihat para peserta sudah kecapaian. Setelah seharian mereka diskusi atau presentasi fasilitator, maka perlu digerakkan anggota badannya agar kondisi psikologis kembali fress. Jenis ini bisa dilakukan secara individual maupun berpasangan. Salah satu contoh adalah sebagai berikut:
Jika kita katakan mangga, peserta mengangkat kedua tangan sambil berjinjit
Jika kita katakan jeruk, kedua tangan peserta mengacung ke depan.
Jika kita katakan kacang, peserta membungkukkan badan sambil kedua tangan memegang sepatu.
Permainan tersebut bisa dimodifikasi, dan juga dapat dilakukan secara bolak-balik tergantung kesepakatan dengan peserta.
5. Jenis gerak dan lagu
Jenis lagu ini hampir sama dengan jenis gerak anggota badan, justru jenis ini lebih menarik, karena disertai dengan lagu. Di sini bisa saya berikan satu contoh sebagai berikut:
6. Jenis games

Kamis, 21 Agustus 2008

Managemen Kelas Komputer Terbatas (bagian 1)


Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40 siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa --- dan dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.

Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemen untuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi:

• Model Pusat/Stasiun Pembelajaran (The Learning Centers/Stations Model)
• Model Navigator (The Navigator Model)
• Model Kelompok Kolaboratif (The Collaborative Groups Model)
• Model Para Ahli (The Expert Model)

Lebih lanjut, kami juga memberikan beberapa saran untuk aktivitas kelas lainnya yang dapat diselenggarakan hanya dengan 1 komputer.

Model-model manajemen di atas juga mendeskripsikan cara-cara yang dapat digunakan sehingga para siswa dapat mengajarkan teman-teman sekelasnya bagaimana menggunakan ICT. Dalam Model Pusat Pembelajaran, siswa bekerjasama untuk mempelajari bagaimana menjalankan sebuah program computer. Dalam Model Navigator, guru dapat mengajarkan tidak lebih dari 5 instruksi kepada wakil-wakil tim. Wakil-wakil ini akan kembali ke tim-nya masing-masing untuk mengajarkannya pada teman-temannya. Dalam Model Para Ahli, guru akan menunjuk seorang siswa yang dianggap ‘ahli’ untuk mengajarkan teman-teman sekelasnya untuk menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya, Model Kolaboratif menunjukkan bahwa tidak setiap aktivitas perlu terus-menerus melibatkan siswa --- dan bahwa penggunaan komputer oleh siswa dapat beragam sesuai dengan tugas yang diberikan.

Managemen Kelas Komputer Terbatas (bagian 1)


Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40 siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa --- dan dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.

Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemen untuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi:

• Model Pusat/Stasiun Pembelajaran (The Learning Centers/Stations Model)
• Model Navigator (The Navigator Model)
• Model Kelompok Kolaboratif (The Collaborative Groups Model)
• Model Para Ahli (The Expert Model)

Lebih lanjut, kami juga memberikan beberapa saran untuk aktivitas kelas lainnya yang dapat diselenggarakan hanya dengan 1 komputer.

Model-model manajemen di atas juga mendeskripsikan cara-cara yang dapat digunakan sehingga para siswa dapat mengajarkan teman-teman sekelasnya bagaimana menggunakan ICT. Dalam Model Pusat Pembelajaran, siswa bekerjasama untuk mempelajari bagaimana menjalankan sebuah program computer. Dalam Model Navigator, guru dapat mengajarkan tidak lebih dari 5 instruksi kepada wakil-wakil tim. Wakil-wakil ini akan kembali ke tim-nya masing-masing untuk mengajarkannya pada teman-temannya. Dalam Model Para Ahli, guru akan menunjuk seorang siswa yang dianggap ‘ahli’ untuk mengajarkan teman-teman sekelasnya untuk menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya, Model Kolaboratif menunjukkan bahwa tidak setiap aktivitas perlu terus-menerus melibatkan siswa --- dan bahwa penggunaan komputer oleh siswa dapat beragam sesuai dengan tugas yang diberikan.

Rabu, 20 Agustus 2008

Mengelola "GENGSI GURU"

MANAGEMEN GENGSI GURUIngatkah anda tayangan film Tai chi Master ? Film itu dibintangi oleh Jet Lee. Dalam film itu dikisahkan bahwa untuk mengalahkan sebuah kekuatan yang besar tidak bisa dilawan dengan kekuatan yang besar pula. Apalagi hanya dilawan dengan tenaga seadanya dan dengan teknik yang seadanya pula.
Dikisahkan dalam film Tai Chi Master bahwa melihat lawannya yang jauh lebih kuat dan lebih tinggi teknik kungfunya, maka Jet Lee mempelajari Jurus Tai Chi, yaitu jurus yang memanfaatkan tenaga lawan untuk melumpuhkan lawan itu sendiri. Misalnya saat lawan memukul tidak perlu dihadapi dengan pukulan juga atau tangkisan, namun cukup menarik tangan lawan yang digunakan untuk memukul tersebut. Dengan demikian tenaga yang dibutuhkan jauh lebih kecil tetapi menghasilkan efek yang sangat besar karena memanfaatkan tenaga lawan pada saat memukul. Justru tenaga yang kita gunakan adalah untuk menambah daya lontar tangan saat memukul. Saking kuatnya memukul ditambah gaya tarikan yang kita berikan hasilnya justru lawan terpelanting jatuh ke depan.
Kisah itu menginspirasi penulis untuk menulis buku ini. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjumpai banyak kesamaan dengan kisah Tai Chi Mater. Pada saat ini disaat pemerintah mencanangkan pendidikan gratis untuk untuk SD dan SLTP karena kondisi ekonomi rakyat yang masih memprihatinkan, di sisi lain beberapa sekolah muncul dengan mencanangkan SD maupun SMP TERPADU (maaf saya plesetkan menjadi akronim dari TERpaksa PAkai DUit). Beberapa sekolah swasta justru muncul dengan icon mahal dan berkelas. Tetapi anehnya semakin mahal suatu sekolah justru semakin diminati, bahkan menjadi rebutan.

Mengelola "GENGSI GURU"


MANAGEMEN GENGSI GURU
Ingatkah anda tayangan film Tai chi Master ? Film itu dibintangi oleh Jet Lee. Dalam film itu dikisahkan bahwa untuk mengalahkan sebuah kekuatan yang besar tidak bisa dilawan dengan kekuatan yang besar pula. Apalagi hanya dilawan dengan tenaga seadanya dan dengan teknik yang seadanya pula.

Dikisahkan dalam film Tai Chi Master bahwa melihat lawannya yang jauh lebih kuat dan lebih tinggi teknik kungfunya, maka Jet Lee mempelajari Jurus Tai Chi, yaitu jurus yang memanfaatkan tenaga lawan untuk melumpuhkan lawan itu sendiri. Misalnya saat lawan memukul tidak perlu dihadapi dengan pukulan juga atau tangkisan, namun cukup menarik tangan lawan yang digunakan untuk memukul tersebut. Dengan demikian tenaga yang dibutuhkan jauh lebih kecil tetapi menghasilkan efek yang sangat besar karena memanfaatkan tenaga lawan pada saat memukul. Justru tenaga yang kita gunakan adalah untuk menambah daya lontar tangan saat memukul. Saking kuatnya memukul ditambah gaya tarikan yang kita berikan hasilnya justru lawan terpelanting jatuh ke depan.
Kisah itu menginspirasi penulis untuk menulis buku ini. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjumpai banyak kesamaan dengan kisah Tai Chi Mater. Pada saat ini disaat pemerintah mencanangkan pendidikan gratis untuk untuk SD dan SLTP karena kondisi ekonomi rakyat yang masih memprihatinkan, di sisi lain beberapa sekolah muncul dengan mencanangkan SD maupun SMP TERPADU (maaf saya plesetkan menjadi akronim dari TERpaksa PAkai DUit). Beberapa sekolah swasta justru muncul dengan icon mahal dan berkelas. Tetapi anehnya semakin mahal suatu sekolah justru semakin diminati, bahkan menjadi rebutan.

Berterimakasihlah kepada HAMBATAN



Mari kita amati gambar di atas? Apa yang ada di benak kita semua? Ya. Semua di antara kita pasti sepakat bahwa pertandingan sumo yang dilakukan tersebut tidak fair. Kita juga sudah dapat memprediksi dengan 99,9% benar bahwa hasil pertandingan nantinya akan dimenangkan oleh pesumo yang jauh lebih besar tersebut. Namun demikian apakah kita akan menghargai atas kemenangan yang dia dapatkan? Ahh.. sepertinya kita juga hanya akan memberikan senyuman kecut atas kemanangan yang dia raih itu dan dalam hati kita mengatakan,”semua orang juga bisa menang kalau lawannya anak kecil kaya gitu.” Apakah asosiasi olah raga sumo juga akan memberikan penghargaan kepadanya? Juga bisa kita tebak, asosiasi olah raga sumo juga mungkin tidak akan memberikan apresiasi apapun terhadap “si pemenang” dalam pertandingan itu. Asosiasi olah raga sumo juga harus berfikir tujuh kali untuk memberikan penghargaan terhadapnya, karena selain melecehkan lembaga nantinya juga akan membuat lembaga tersebut tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat.

Bagaimana perasaan bagi “si besar” yang menang itu? Andai saja saya yang menjadi pesumo besar tersebut, sepertinya tidak ada tempat yang tepat bagi saya untuk dapat membanggakan diri. Kemenangan yang saya raih dengan mudah tanpa Hambatan sedikitpun tentu bukan menunjukkan kehebatan saya. Saya juga akan sangat menyadari bahwa kemenangan yang saya peroleh dengan mengalahkan anak kecil tentu juga sesuatu yang akan dicibir oleh khalayak. Bahkan dimungkinkan hanya akan mendapatkan umpatan dari orang banyak, karena saya keji telah menyakiti anak kecil yang tentu saja tidak dapat melawan.

Sahabat.., dalam menjalan tugas di mana saja dan dalam posisi apa saja pasti kita akan mendapati hambatan . Hambatan bukan untuk dihindari, karena justru dengan menghindari hambatan kita akan mendapatkan hambatan -hambatan yang lain yang mungkin semakin sulit untuk dihadapi.

Kita pantas berterima HAMBATAN yang membuat kita menjadi kuat. Hambatan akan melatih kita untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada pada diri kita untuk mengalahkannya. Mungkin kita akan menjadi makhluk yang lemah seperti bayi, jika kita tidak pernah mendapati hambatan dalam hidup ini. Kita juga tidak mungkin bisa berjalan kalau dulu kita tidak mendapati beratnya mengangkat badan, sulitnya menjaga keseimbangan dan berkali-kali jatuh bangun.

Berterimakasihlah kepada HAMBATAN



Mari kita amati gambar di atas? Apa yang ada di benak kita semua? Ya. Semua di antara kita pasti sepakat bahwa pertandingan sumo yang dilakukan tersebut tidak fair. Kita juga sudah dapat memprediksi dengan 99,9% benar bahwa hasil pertandingan nantinya akan dimenangkan oleh pesumo yang jauh lebih besar tersebut. Namun demikian apakah kita akan menghargai atas kemenangan yang dia dapatkan? Ahh.. sepertinya kita juga hanya akan memberikan senyuman kecut atas kemanangan yang dia raih itu dan dalam hati kita mengatakan,”semua orang juga bisa menang kalau lawannya anak kecil kaya gitu.” Apakah asosiasi olah raga sumo juga akan memberikan penghargaan kepadanya? Juga bisa kita tebak, asosiasi olah raga sumo juga mungkin tidak akan memberikan apresiasi apapun terhadap “si pemenang” dalam pertandingan itu. Asosiasi olah raga sumo juga harus berfikir tujuh kali untuk memberikan penghargaan terhadapnya, karena selain melecehkan lembaga nantinya juga akan membuat lembaga tersebut tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat.

Bagaimana perasaan bagi “si besar” yang menang itu? Andai saja saya yang menjadi pesumo besar tersebut, sepertinya tidak ada tempat yang tepat bagi saya untuk dapat membanggakan diri. Kemenangan yang saya raih dengan mudah tanpa Hambatan sedikitpun tentu bukan menunjukkan kehebatan saya. Saya juga akan sangat menyadari bahwa kemenangan yang saya peroleh dengan mengalahkan anak kecil tentu juga sesuatu yang akan dicibir oleh khalayak. Bahkan dimungkinkan hanya akan mendapatkan umpatan dari orang banyak, karena saya keji telah menyakiti anak kecil yang tentu saja tidak dapat melawan.

Sahabat.., dalam menjalan tugas di mana saja dan dalam posisi apa saja pasti kita akan mendapati hambatan . Hambatan bukan untuk dihindari, karena justru dengan menghindari hambatan kita akan mendapatkan hambatan -hambatan yang lain yang mungkin semakin sulit untuk dihadapi.

Kita pantas berterima HAMBATAN yang membuat kita menjadi kuat. Hambatan akan melatih kita untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada pada diri kita untuk mengalahkannya. Mungkin kita akan menjadi makhluk yang lemah seperti bayi, jika kita tidak pernah mendapati hambatan dalam hidup ini. Kita juga tidak mungkin bisa berjalan kalau dulu kita tidak mendapati beratnya mengangkat badan, sulitnya menjaga keseimbangan dan berkali-kali jatuh bangun.

Selasa, 08 April 2008

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!