Cari Blog Ini

Rabu, 20 Agustus 2008

Mengelola "GENGSI GURU"


MANAGEMEN GENGSI GURU
Ingatkah anda tayangan film Tai chi Master ? Film itu dibintangi oleh Jet Lee. Dalam film itu dikisahkan bahwa untuk mengalahkan sebuah kekuatan yang besar tidak bisa dilawan dengan kekuatan yang besar pula. Apalagi hanya dilawan dengan tenaga seadanya dan dengan teknik yang seadanya pula.

Dikisahkan dalam film Tai Chi Master bahwa melihat lawannya yang jauh lebih kuat dan lebih tinggi teknik kungfunya, maka Jet Lee mempelajari Jurus Tai Chi, yaitu jurus yang memanfaatkan tenaga lawan untuk melumpuhkan lawan itu sendiri. Misalnya saat lawan memukul tidak perlu dihadapi dengan pukulan juga atau tangkisan, namun cukup menarik tangan lawan yang digunakan untuk memukul tersebut. Dengan demikian tenaga yang dibutuhkan jauh lebih kecil tetapi menghasilkan efek yang sangat besar karena memanfaatkan tenaga lawan pada saat memukul. Justru tenaga yang kita gunakan adalah untuk menambah daya lontar tangan saat memukul. Saking kuatnya memukul ditambah gaya tarikan yang kita berikan hasilnya justru lawan terpelanting jatuh ke depan.
Kisah itu menginspirasi penulis untuk menulis buku ini. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjumpai banyak kesamaan dengan kisah Tai Chi Mater. Pada saat ini disaat pemerintah mencanangkan pendidikan gratis untuk untuk SD dan SLTP karena kondisi ekonomi rakyat yang masih memprihatinkan, di sisi lain beberapa sekolah muncul dengan mencanangkan SD maupun SMP TERPADU (maaf saya plesetkan menjadi akronim dari TERpaksa PAkai DUit). Beberapa sekolah swasta justru muncul dengan icon mahal dan berkelas. Tetapi anehnya semakin mahal suatu sekolah justru semakin diminati, bahkan menjadi rebutan.

Kita mungkin juga sering melihat fenomena yang terjadi disekitar kita. Saat tukang sayur menjual dagangannya di lapak kaki lima tentu semua orang tahu bahwa dagangannya jauh lebih murah dibanding sayuran yang ada di supermarket. Namun kenapa sayuran yang ada di super market lebih diminati? Bahkan sering kita sendiri mengalami saat membeli sayuran di supermarket harga berapapun tanpa pikir panjang langsung kita bayar, namun saat membeli di tukang sayur seberapa murahnya dagangan yang mereka jual, kita pasti menawarnya.



Banyak hal di dunia ini yang menggambarkan penyimpangan dari sintesis umum. Logika mengatakan misalnya semakin murah harga barang yang dijual maka akan semakin laku dagangan tersebut. Berdasarkan contoh tersebut di atas, maka teori tersebut tidaklah selalu berlaku dalam situasi tertentu. Semakin menguntungkan suatu usaha mungkin semakin banyak diminati orang. Sintesis ini juga tidak selamanya benar. Ambil contoh dalam kasus menabung di bank. Mengapa orang yang menabung di BKK atau koperasi sangat terbatas? Padahal di situ lebih banyak memberikan keuntungan jika dilihat dari suku bunga tabungan. Sementara mengapa semakin hari semakin banyak nasabah BCA yang justru memberikan suku bunga yang relatif lebih kecil. Kenapa bisa demikian?

Gejala tersebut adalah sebagai akibat bertambahnya kesejahteraan manusia. Ketika kebutuhan primer sudah tercukupi, maka manusia cenderung akan mengejar kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatnya. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.

Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.

Lima (5) kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :

1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

sejalan dengan perkembangan zaman, ternyata pemenuhan kebutuhan tidak selalu berurutan dari yang terrendah sampai yang paling tinggi. Gejala baru menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang setelah kebutuhan fisik/ biologis terpenuhi, mereka cenderung untuk mencukupi kebutuhan yang ke 4 dan ke-5. Kabutuhan ke-4 dan ke-5 biasanya terintegrasi dalam satu sifat yang namanya HARGA DIRI atau GENGSI. Dengan demikian Gengsi saat ini sudah merupakan kebutuhan pokok yang ke-2 setelah kebutuhan pokok terpenuhi.

Gejala ini ditangkap dengan baik oleh para pengusaha untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Lihat saja ketika ketela goreng disajikan dalam piring siapa yang mau membeli? Namun ketika ketela goreng dikemas dan diberi nama Qtela disertai dengan iklan yang menarik 3 milyar bisa diperoleh dalam setiap bulannya. Begitu juga siapa yang mau membeli rokok dengan tembakau asli hasil tanaman sendiri dan dilinting sendiri? Bukankah kualitasnya sangat bagus (terutama bagi perokok)? Namun Kenapa mereka lebih suka membeli rokok Djarum Super, Gudang Garam atau merk terkenal lainnya? Jawabnya adalah GENGSI.

Apakah GENGSI dapat kita manfaatkan untuk mengelola dunia pendidikan. Jawabnya SANGAT BISA dan BANYAK CARA. Mulai dari cara yang paling elegan sampai dengan cara murah dapat kita lakukan untuk menumbuhkan HARGA DIRI (GENGSI) yang tinggi sehingga menguntungkan upaya kita dalam mengelola pendidikan. Contoh cara menumbuhkan GENGSI yang elegan bahkan mahal dalam mengelola pendidikan, misalnya dengan membangun sekolah yang mewah, berkualitas, disiplin tinggi dan mahal. Namun untuk menumbuhkan GENGSI masyarakat juga bisa dilakukan dengan cara memuji bahkan mengejek mereka. Tentu yang terakhir ini perlu teknik-teknik tertentu sehingga yang muncul bukanlah kemarahan, namun cukup pada level bagaimana mereka menunjukkan rasa harga dirinya.
Bagaimana teknik untuk menumbuhkan GENGSI pada orang lain, sehingga dengan GENGSI itu justru dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap program yang telah kita tentukan ?
Anda Penasaran ?
(bersambung)

C. Harga Diri
D. Mengelola gengsi orang lain.
E. Bagaimana menyentuh gengsi seseorang
F. penutup

Tidak ada komentar: