Senge (1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;
Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.
Perubahan yang cepat dan mendasar di dalam masyarakat yang berkaitan dengan informasi, teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengharuskan kita untuk meninjau kembali pandangan dan bayangan kita mengenai organisasi, termasuk sekolah. Bagi Indonesia, kehadiran otonomi daerah, kurikulum baru (KBK dan sekarang KTSP) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menambah urgensi perubahan. Perubahan tersebut dapat dimulai dari pengembangan komunitas pembelajaran. Model dan manajemen sekolah semestinya berubah bila Indonesia ingin mengatasi berbagai tantangan yang muncul dan meningkatkan hasil belajar dan kehidupan siswa.
Model manajemen sekolah merupakan keyakinan tentang bagaimana sebuah sekolah bekerja. Seringkali, bagi kebanyakan orang dewasa, mereka mendasarkan ingatan mereka akan saat-saat mereka dahulu bersekolah. Model seperti ini membatasi pengertian kita tentang bagaimana seharusnya sekolah bekerja dalam situasi yang berbeda. Model sekolah yang dikelola oleh stakeholder berbeda secara signifikan karena mereka sangat menentukan kelangsungan manajemen sekolah. Para stakeholder perlu secara kontinyu memikirkan berbagai model, dan mengembangkan gagasan-gagasan mengenai sekolah yang seharusnya.
Inti dari model baru dimana sekolah berfungsi sebagai sebuah komunitas pembelajaran adalah konsep bahwa belajar sepanjang hayat merupakan aktivitas dasar setiap individu dan warga sekolah secara keseluruhan. Sebuah sekolah seyogyanya dapat menjawab secara kreatif dan adaptif perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan di dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakat belajar hendaknya dihargai dan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Semua stakeholder perlu bertekad dan terlibat aktif di dalam penemuan dan pemecahan masalah di kelas, pelaksanaan pengajaran dan manajemen sekolah.
Model sekolah sebagai sebuah komunitas pembelajaran akan bermuara pada:
- Peningkatan kualitas hasil belajar siswa
- Peningkatan yang bersifat terus menerus
- Meningkatkan inovasi dan kreatifitas
- Menumbuhkan keterampilan dan pemahaman
- Meningkatkan tekad dan energi
- Menumbuhkan respon terhadap lingkungan luar
- Meningkatkan pelatihan dan program pengembangan untuk seluruh anggota komunitas, dan
- Sekolah dan partisipasi masyarakat yang lebih efektif
B. Ciri-Ciri Utama Komunitas Pembelajaran
Dukungan Pembelajaran
Sekolah sebagai komunitas pembelajaran hendaknya memiliki tekad yang bulat mengenai nilai pembelajaran untuk semua. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar sesunguhnya menyenangkan, bahwa semua anggota komunitas memiliki kapasitas untuk belajar, dan setiap orang memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan karenanya perlu dihormati. Manusia perlu belajar bagaimana belajar. Secara umum, masih banyak sekolah yang berfokus pada isi pembelajaran semata. Dalam sebuah komunitas, pembelajaran seharusnya terfokus pada proses, isi dan hasil (outcome).
Gagasan komunitas pembelajaran memberikan gambaran:
Pergeseran model sekolah dari belajar parsial ke belajar secara utuh
- Peninjauan kembali efektifitas praktek belajar-mengajar tradisional
- Mempertimbangkan pengertian mutakhir mengenai (pendekatan) pembelajaran, proses dan pelajar
- Pengembangan dan komitmen terhadap konsep tim pembelajaran
Membangun komunitas pembelajaran sesungguhnya mengharuskan sekolah mendefinisikan kembali harapan-harapan guru, orang tua, kepala sekolah dan siswa serta hubungan mereka secara utuh.
Dukungan Guru
Melalui komunitas pembelajaran:
- Siswa diberdayakan, menjadi pelajar yang mandiri (self-directed) dan committed
- Guru dan administrator merupakan pelajar yang committed dengan inkuiri dan refleksi yang berkesinambungan. Mereka adalah pelajar sepanjang hayat yang mengetahui detil pengajaran dan kebutuhan untuk terus memperdalam pengetahuan mereka
- Kepala Sekolah adalah pemimpin pembelajaran, menjadi model belajar sepanjang hayat dan membantu pembelajaran anggota komunitas lainnya
- Orang tua adalah parner pembelajaran
- Tercipta lingkungan bekerja berfokus belajar, aktivitas belajar formal dan informal diberi penghargaan yang sama
Dukungan Orang Tua
Di dalam komunitas pembelajaran, orang tua siswa dan anggota komunitas lainnya tidak diperlakukan sebagai pihak luar, melainkan sebagai partisipan penuh. Sekolah perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman orang tua siswa. Bila sekolah ingin menjadi sebuah komunitas, saling berhubungan, berkaitan dan berbagi dengan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder), sekolah tidak boleh dihalangi oleh berbagai batas dan aturan-aturan formal yang tidak produktif. Oleh karena itu sekolah perlu:
- Membangun kesejawatan dengan orang tua siswa
- Membangun kesan komunitas di dalam sekolah dengan meruntuhkan batas-batas antara mata pelajaran dan membangun tim pembelajaran di dalam kelas(classroom community), dan
- Membangun jaringan dan kesejawatan dengan komunitas lainnya
Dukungan Pemimpin
Kepemimpinan di dalam komunitas pembelajaran adalah pekerjaan yang penting. Bila kepala sekolah adalah pemimpin di dalam belajar, pemimpin lainnya harus ditemukan di semua level komunitas pembelajaran. Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, pemimpin berperan sebagai designer, guru dan administrator. Peran kepemimpinan ini memerlukan pengembangan keterampilan baru untuk;
- Membangun visi yang sama
- Mengomunikasikan dan mengimplementasikan prosedur pelaksanaan,
- Membantu pola sistematik dalam berpikir
Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, kepemimpinan, kekuasaan dan otoritas didapatkan melalui;
- Kapasitas untuk memimpin secara kolaboratif
- Kualitas kontribusi terhadap budaya dan operasional sekolah, dan
- Pengetahuan, kebijaksanaan, pengertian dan pengambilan keputusan
Otoritas yang didapatkan dengan cara seperti di atas jauh lebih berpengaruh dan tahan lama daripada otoritas yang diperoleh melalui posisi hirarki. Di dalam komunitas pembelajaran, pendelegasian kepemimpinan bersifat esensial.
Budaya Kerjasama
Sekolah yang berperan sebagai komunitas pembelajaran memiliki budaya kerjasama yang dicirikan dengan komitmen untuk:
- Peningkatan yang berkesinambungan
- Mencari praktek yang lebih baik di dalam dan di luar sekolah
- Memberikan kontribusi ke praktek sekolah lain dengan membagi gagasan
- Melakukan refleksi kritis dalam situasi terbuka dan saling menghargai
- Mendiskusikan tujuan, nilai dan praktek sekolah
C. Mengaitkan Pembelajaran Individual dan Pembelajaran Stakeholder
Komunitas pembelajaran dibangun dari dalam oleh stakeholdernya sendiri. Mengaitkan pembelajaran individual dengan pembelajaran stakeholder merupakan elemen dasar membangun komunitas pembelajaran. Penekanan di sekolah biasanya diberikan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar belajar. Tertanam di dalam komunitas pembelajaran sebuah konsep bahwa bila seluruh stakeholder belajar, sekolah berkembang menyongsong masa depannya.
D. Membangun Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas Pembelajaran
Tantangan utama yang dihadapi sekolah sesungguhnya berasal dari warganya sendiri. Agar sekolah dapat menjadi sebuah komunitas pembelajaran, diperlukan waktu untuk berdiskusi secara terbuka. Diskusi tentang perubahan pendidikan yang lebih luas dan pembelajaran hendaknya bergerak naik dan turun. Adalah penting bagi seluruh stakeholder untuk memikirkan apa yang terjadi, menyepakati prinsip-prinsip kerjasama dan memanfaatkan praktek yang sudah ada untuk tumbuh. Tidak ada satu cara terbaik untuk membangun sebuah komunitas pembelajaran. Setiap sekolah hendaknya meramu sendiri strategi yang terbaik bagi konteks sekolah bersangkutan.
Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:
- Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran mereka
- Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama
- Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder
- Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir
- Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama
- Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan
- Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas
- Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum
- Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa mengetui dan dapat melakukannya
- Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan
- Menekankan pentingnya tempat untuk belajar
- Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan system
- Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan
- Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar