Cari Blog Ini

Minggu, 22 Mei 2011

KOMUNITAS PEMBELAJARAN (LEARNING COMMUNITY)

A. Pengertian dan Hakikat Komunitas Pembelajaran

 Senge (1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;

Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Perubahan yang cepat dan mendasar di dalam masyarakat yang berkaitan dengan informasi, teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengharuskan kita untuk meninjau kembali pandangan dan bayangan kita mengenai organisasi, termasuk sekolah. Bagi Indonesia, kehadiran otonomi daerah, kurikulum baru (KBK dan sekarang KTSP) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menambah urgensi perubahan. Perubahan tersebut dapat dimulai dari pengembangan komunitas pembelajaran. Model dan manajemen sekolah semestinya berubah bila Indonesia ingin mengatasi berbagai tantangan yang muncul dan meningkatkan hasil belajar dan kehidupan siswa.

Model manajemen sekolah merupakan keyakinan tentang bagaimana sebuah sekolah bekerja. Seringkali, bagi kebanyakan orang dewasa, mereka mendasarkan ingatan mereka akan saat-saat mereka dahulu bersekolah. Model seperti ini membatasi pengertian kita tentang bagaimana seharusnya sekolah bekerja dalam situasi yang berbeda. Model sekolah yang dikelola oleh stakeholder berbeda secara signifikan karena mereka sangat menentukan kelangsungan manajemen sekolah. Para stakeholder perlu secara kontinyu memikirkan berbagai model, dan mengembangkan gagasan-gagasan mengenai sekolah yang seharusnya.

Inti dari model baru dimana sekolah berfungsi sebagai sebuah komunitas pembelajaran adalah konsep bahwa belajar sepanjang hayat merupakan aktivitas dasar setiap individu dan warga sekolah secara keseluruhan. Sebuah sekolah seyogyanya dapat menjawab secara kreatif dan adaptif perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan di dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakat belajar hendaknya dihargai dan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Semua stakeholder perlu bertekad dan terlibat aktif di dalam penemuan dan pemecahan masalah di kelas, pelaksanaan pengajaran dan manajemen sekolah.

Model sekolah sebagai sebuah komunitas pembelajaran akan bermuara pada:

  • Peningkatan kualitas hasil belajar siswa

  • Peningkatan yang bersifat terus menerus

  • Meningkatkan inovasi dan kreatifitas

  • Menumbuhkan keterampilan dan pemahaman

  • Meningkatkan tekad dan energi

  • Menumbuhkan respon terhadap lingkungan luar

  • Meningkatkan pelatihan dan program pengembangan untuk seluruh anggota komunitas, dan

  • Sekolah dan partisipasi masyarakat yang lebih efektif


B. Ciri-Ciri Utama Komunitas Pembelajaran

Dukungan Pembelajaran

Sekolah sebagai komunitas pembelajaran hendaknya memiliki tekad yang bulat mengenai nilai pembelajaran untuk semua. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar sesunguhnya menyenangkan, bahwa semua anggota komunitas memiliki kapasitas untuk belajar, dan setiap orang memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan karenanya perlu dihormati. Manusia perlu belajar bagaimana belajar. Secara umum, masih banyak sekolah yang berfokus pada isi pembelajaran semata. Dalam sebuah komunitas, pembelajaran seharusnya terfokus pada proses, isi dan hasil (outcome).

Gagasan komunitas pembelajaran memberikan gambaran:

Pergeseran model sekolah dari belajar parsial ke belajar secara utuh

  • Peninjauan kembali efektifitas praktek belajar-mengajar tradisional

  • Mempertimbangkan pengertian mutakhir mengenai (pendekatan) pembelajaran, proses dan pelajar

  • Pengembangan dan komitmen terhadap konsep tim pembelajaran


Membangun komunitas pembelajaran sesungguhnya mengharuskan sekolah mendefinisikan kembali harapan-harapan guru, orang tua, kepala sekolah dan siswa serta hubungan mereka secara utuh.

Dukungan Guru

Melalui komunitas pembelajaran:

  • Siswa diberdayakan, menjadi pelajar yang mandiri (self-directed) dan committed

  • Guru dan administrator merupakan pelajar yang committed dengan inkuiri dan refleksi yang berkesinambungan. Mereka adalah pelajar sepanjang hayat yang mengetahui detil pengajaran dan kebutuhan untuk terus memperdalam pengetahuan mereka

  • Kepala Sekolah adalah pemimpin pembelajaran, menjadi model belajar sepanjang hayat dan membantu pembelajaran anggota komunitas lainnya

  • Orang tua adalah parner pembelajaran

  • Tercipta lingkungan bekerja berfokus belajar, aktivitas belajar formal dan informal diberi penghargaan yang sama


 

Dukungan Orang Tua

Di dalam komunitas pembelajaran, orang tua siswa dan anggota komunitas lainnya tidak diperlakukan sebagai pihak luar, melainkan sebagai partisipan penuh. Sekolah perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman orang tua siswa.  Bila sekolah ingin menjadi sebuah komunitas, saling berhubungan, berkaitan dan berbagi dengan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder), sekolah tidak boleh dihalangi oleh berbagai batas dan aturan-aturan formal yang tidak produktif. Oleh karena itu sekolah perlu:

  • Membangun kesejawatan dengan orang tua siswa

  • Membangun kesan komunitas di dalam sekolah dengan meruntuhkan batas-batas antara mata pelajaran dan membangun tim pembelajaran di dalam kelas(classroom community), dan

  • Membangun jaringan dan kesejawatan dengan komunitas lainnya


Dukungan Pemimpin

Kepemimpinan di dalam komunitas pembelajaran adalah pekerjaan yang penting. Bila kepala sekolah adalah pemimpin di dalam belajar, pemimpin lainnya harus ditemukan di semua level komunitas pembelajaran. Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, pemimpin berperan sebagai designer, guru dan administrator. Peran kepemimpinan ini memerlukan pengembangan keterampilan baru untuk;

  • Membangun visi yang sama

  • Mengomunikasikan dan mengimplementasikan prosedur pelaksanaan,

  • Membantu pola sistematik dalam berpikir


Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, kepemimpinan, kekuasaan dan otoritas didapatkan melalui;

  • Kapasitas untuk memimpin secara kolaboratif

  • Kualitas kontribusi terhadap budaya dan operasional sekolah, dan

  • Pengetahuan, kebijaksanaan, pengertian dan pengambilan keputusan


Otoritas yang didapatkan dengan cara seperti di atas jauh lebih berpengaruh dan tahan lama daripada otoritas yang diperoleh melalui posisi hirarki. Di dalam komunitas pembelajaran, pendelegasian kepemimpinan bersifat esensial.

Budaya Kerjasama

Sekolah yang berperan sebagai komunitas pembelajaran memiliki budaya kerjasama yang dicirikan dengan komitmen untuk:

  • Peningkatan yang berkesinambungan

  • Mencari praktek yang lebih baik di dalam dan di luar sekolah

  • Memberikan kontribusi ke praktek sekolah lain dengan membagi gagasan

  • Melakukan refleksi kritis dalam situasi terbuka dan saling menghargai

  • Mendiskusikan tujuan, nilai dan praktek sekolah


C. Mengaitkan Pembelajaran Individual dan Pembelajaran Stakeholder

 

Komunitas pembelajaran dibangun dari dalam oleh stakeholdernya sendiri. Mengaitkan pembelajaran individual dengan pembelajaran stakeholder merupakan elemen dasar membangun komunitas pembelajaran. Penekanan di sekolah biasanya diberikan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar belajar. Tertanam di dalam komunitas pembelajaran sebuah konsep bahwa bila seluruh stakeholder belajar, sekolah berkembang menyongsong masa depannya.

D. Membangun Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas Pembelajaran

Tantangan utama yang dihadapi sekolah sesungguhnya berasal dari warganya sendiri. Agar sekolah dapat menjadi sebuah komunitas pembelajaran, diperlukan waktu untuk berdiskusi secara terbuka. Diskusi tentang perubahan pendidikan yang lebih luas dan pembelajaran hendaknya bergerak naik dan turun. Adalah penting bagi seluruh stakeholder untuk memikirkan apa yang terjadi, menyepakati prinsip-prinsip kerjasama dan memanfaatkan praktek yang sudah ada untuk tumbuh. Tidak ada satu cara terbaik untuk membangun sebuah komunitas pembelajaran. Setiap sekolah hendaknya meramu sendiri strategi yang terbaik bagi konteks sekolah bersangkutan.

Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:

  • Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran mereka

  • Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama

  • Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder

  • Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir

  • Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama

  • Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan

  • Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas

  • Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum

  • Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa mengetui dan dapat melakukannya

  • Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan

  • Menekankan pentingnya tempat untuk belajar

  • Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan system

  • Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan

  • Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar

Sabtu, 07 Mei 2011

PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan  memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

  1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

  2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

  3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

  4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

  5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

  6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

  7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,  waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.


LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:


Normal
0




false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE













MicrosoftInternetExplorer4




























































































































































/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-unhide:no;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}


 


A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK


 


Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan  memberikan banyak keuntungan, di antaranya:


1)  Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,


2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;


3)   pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;


4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;


5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;


6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;


7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,  waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.


 


 


 


 


B.  LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK


Landasan Pembelajaran tematik mencakup:


1.  Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.


2. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.


3. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).


B.  ARTI PENTING PEMBELAJARAN TEMATIK


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).


Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.


Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,


C.    KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK


Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:




  1. Berpusat pada siswa


Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.




  1. Memberikan pengalaman langsung


Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.




  1. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas


Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.


 


 




  1. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran


Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.


5.      Bersifat fleksibel


Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.




  1. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa


Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.




  1. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan


E. RAMBU-RAMBU


1.      Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan


2.      Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester


3.      Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.


4.      Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.


5.      Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral


6.      Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat


 


 


 


 


 


IV. LANGKAH PERSIAPAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK


 


Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.


A.  Pemetaan Kompetensi Dasar


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:


1.   Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator


Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal  sebagai berikut:


a.       Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik


b.      Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran


c.       Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati


2.       Menentukan tema


a.     Cara penentuan tema


Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:


Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.


Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.


b.     Prinsip Penentuan tema


Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:


1)      Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:


2)      Dari yang termudah menuju yang sulit


3)      Dari yang sederhana menuju yang kompleks


4)      Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.


5)      Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa


6)      Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya


3.       Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator


Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.


B.  Menetapkan Jaringan Tema


Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. 


C.  Penyusunan Silabus


Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.


D.  Penyusunan RPP


Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:


1.       Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).


2.     Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.


3.       Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.


4.       Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).


5.       Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.


6.       Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).


Contoh: 


Tahap Persiapan Pembelajaran Tematik:


A.                                                    Pemetaan Kompetensi Dasar


Cara 1:


1.      Pelajari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar (KD) pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran


2.      Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut:


      Pilihan tema:











 


2.1        Diri sendiri


2.2        Keluarga


2.3        Lingkungan


2.4        Tempat Umum


2.5        Pengalaman


2.6        Budi Pekerti


2.7        Kegemaran


2.8        Tumbuhan


2.9        Hiburan


2.10    Binatang


2.11    Transportasi



 


2.12                    Kesehatan


2.13                    K3


2.14                    Makanan


2.15                    Pendidikan


2.16                    Pekerjaan


2.17                    Peristiwa


2.18                    Pariwisata/Rekreasi


2.19                    Kejadian sehari-hari


2.20                    Pertanian


2.21                    Negara


2.22                    Komunikasi



Buat “Matriks Hubungan Pemetaan Kompetensi Dasar dengan Tema”  seperti