Cari Blog Ini

Jumat, 04 Februari 2011

New Learning Environment: Electronic & Mobile-Learning

Jakarta, 4-6 Fabuari 2011

[caption id="attachment_1369" align="alignright" width="170" caption="Png Bee Hin"][/caption]

Sebuah perkembangan baru di dunia pendidikan yang sangat luar biasa dalam pemanfaatan teknologi informasi. Setelah sebelumnya dunia pendidikan dibuat terang dengan dengan e-learning, kini ada media yang sangat canggih, murah dan sebenarnya sudah dimiliki oleh masyarakat luas sejak decade 1990-an, yaitu handphone yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran. Begitulah kata Png Bee Hin CEO Learning and Development Reasources (LDR) Pte Ltd dari Singapura dalam acara ITCEE (International Teachers Conference and Education Exhibition)

Perkembangan Handphone sekarang demikian cepat, sehingga yang dulunya hanya merupakan alat “panggil” sekarang menjadi teknologi multimedia dengan banyak fasilitas. Mulai dari fasilitas telephone, kamera, radio, music, bahkan juga dilengkapi dengan fasilitas internet dan GPS. Perkembangan handphone yg demikian canggih sehingga orang sering menyebut dengan “smart phone”, karena piranti  ini demikian lengkap dan cerdas untuk mencukupi kebutuhan informasi dan hiburan bagi panggunanya.

Kantras kondisi Pendidikan antara Finlandia dengan Indonesia

[caption id="attachment_1359" align="alignleft" width="300" caption="Mrs. Lea Kuusilehto bersama Wakemendiknas Prof. Dr. Fasli Jalal."][/caption]

Beberapa bulan yang lalu saya diundang untuk menjadi salah satu pembicara Pembantu dalam acara ITCEE (International Teachers Conference and Education Exhibition) 2011 menghadirkan para pakar pendidikan dari berbagai belahan dunia seperti dari Amerika, Finlandia, Singapura, Jepang dan sebagainya. Dalam acara yang dihadiri oleh guru dari hampir seluruh provinsi di Indonesia ini didapatkan banyak pengalaman berharga, mulai dari kondisi pendidikan di berbagai negara sampai kondisi guru dari masing-masing negara tersebut.

Yang sangat menarik bagi saya adalah Presentasi dari Mrs. Lea Kuusilehto dari Finlandia. Beliau mengungkapkan sebenarnya Finlandia adalah negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan kondisi geografis yang kurang menguntungkan. Namun sejak awal mereka menyadari bahwa satu-satunya hata yang sangat berharga adalah anak manusia yang mempunyai segala kemampuan untuk merubah semua kondisi yang ada. Selain itu warga negaranya juga sadar betul terhadap kondisi ini, sehingga jikalau mereka ingin tetap bertahan hidup maka mereka harus mengasah segala kemampuannya untuk mengalahkan pertarungan keras dengan kondisi alam yang tidak menguntungkan.

Alhasil hampir 98% warga negaranya sudah melanjutkan sekolah sampai ke jenjang lanjutan. Dan sejak tahun 2007 sekolah lanjutan di Finlandia hampir 96% adalah sekolah kejuruan. Bahkan 2,2 juta penduduknya lebih memilih pendidikan keahlian non gelar.

Guru merupakan profesi yang sangat dihargai, karena mereka adalah penentu masa depan anak bangsa. Dengan gaji hampir sama dengan gaji menteri di Indonesia, maka peminat terhadap pekerjaan guru sangatlah laur biasa banyak.   Hanya 10% saja dari pendaftar yang bisa diterima menjadi guru.

Di Finlandia juga menunjukkan taraf pendidikan perempuan justru lebih tinggi di banding para pria, hal ini berdampak pada pendidikan anak-anak di negara itu menjadi lebih baik dibanding Amerika Serikat sekalipun.

Management Pendidikan di sana benar-benar telah mengimplementasikan School Based management dengan sebenarnya. Bukan hanya masyarakat yang diminta untuk terlibat dalam pengembangan sekolah, namun juga kebijakan-kebijakan pemerintah juga mendasarkan pada masukan-masukan riil dari sekolah-sekolah. Infra struktur pendidikan/ sekolah sangatlah penting untuk dicukupi dan di lengkapi. Semua biaya pendidikan bagi warga negara adalah gratis, tanpa dipungut sedikitpun. Bahkan para siswa mendapatkan fasilitas untuk transportasi, makan siang, dan buku-buku gratis.